Sejarah Kesenian Topeng Dongkrek diperkirakan dimulai pada kisaran tahun 1900 an dan dipercaya pertama kali diciptakan oleh R. Bei Lo Prawirodipuro yang pada kisaran tahun tersebut menjabat sebagai Palang (Jabatan yang membawahi 4-5 Kepala Desa) di Mejayan.
Diceritakan bahwa Daerah Menjayan terkena wabah penyakit (Pageblug).
Ketika siang sakit, sore hari meninggal, atau pagi sakit malam harinya
meninggal dunia. Sebagai seorang pemimpin, Raden Ngabehi Lo
Prawirodipuro merenung untuk mencari metode yang tepat untuk
penyelesaian atas wabah penyakit yang menimpa rakyatnya. Setelah
melakukan renungan, meditasi, dan bertapa di gunung kidul Caruban, dia
mendapatkan wangsit untuk membuat semacam tarian atau kesenian yang bisa
mengusir bala tersebut.
Dalam cerita tersebut, wangsit menggambarkan para punggawa kerajaan roh halus atau pasukan gendruwo menyerang
penduduk Caruban dapat diusir dengan menggiring mereka keluar dari
wilayah Caruban. Maka dibuatlah semacam kesenian yang melukiskan
fragmentasi pengusiran roh halus yang membawa pagebluk tersebut.
Pada awal perkembangannya, Seni Dongkrek hidup dan berkembang dengan
begitu pesat dan menjadi Kesenian Rakyat paling populer di masa itu,
namun masa kejayaannya tidaklah berlangsung lama, berangsur tapi pasti
Dongkrek surut dan tak lagi diminati, sebab kemundurannya pun tidak
jelas, mungkin karena sifatnya yang statis yang menimbulkan kejenuhan
peminatnya atau masuknya beberapa kesenian lain terutama dari Jawa
Tengah yang hingga saat ini pun masih sangat diminati oleh Masyarakat
Caruban.
Selain Perkiraan tersebut, adapula kemungkinan yang mengatakan bahwa
susutnya minat terhadap Seni Dongkrek masih ada hubungannya dengan
meninggalnya sang pencipta yang memang semasa hidupnya terkenal sebagai
orang sakti dan mempunyai kewibawaan yang besar. Jadi surutnya Dongkrek
karena ditinggalkan oleh pencipta dan mungkin sekaligus sebagai
satu-satunya pembina yang tangguh, ampuh dan berwibawa.
Sementara itu menurut Jaecken (2011:3), Kesenian ini mengalami masa
kejayaan pada rentang tahun 1867-1902 dan setelah itu, perkembangannya
mengalami pasang surut seiring pergantian kondisi politik di Indonesia.
Pada masa penjajahan Belanda, dongkrek sempat dilarang oleh pemerintahan
Belanda untuk dipertontonkan dan dijadikan pertunjukan rakyat. Hal ini
dikarenakan mereka kawatir apabila dongkrek terus berkembang, bisa
digunakan sebagai media penggalang kekuatan untuk melawan pemerintahan
Belanda. Saat masa kejayaan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun,
kesenian ini dikesankan sebagai kesenian “genjergenjer” yang
dikembangkan PKI untuk memperdaya masyarakat umum. Sehingga kesenian
dongkrek mengalami masa pasang surut akibat imbas politik. Tahun 1973,
dongkrek digali dan kembali dikembangkan oleh Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupeten Madiun bersama Propinsi Jawa Timur (Jaecken, 2011:
3).
Daihatsu Madiun : 0821 4030 4000
BalasHapusdaihatsumadiun.net
Daihatsu SIGRA 1000cc dan 1200cc. 3baris-7penumpang dewasa, AC Double,Airbag,Immobilizer,Velg Racing
Mesin teknologi baru, 1200cc Dual vvt-i 4 silinder
Velg racing 14inch
AC double
Power Window
Power Steering
Wiper belakang
Sensor parkir
2 DIN Audio + speaker(4)
Immobilizer
Central lock + Alarm
Eco Indicator
Talang air
Spoiler belakang
Dual Airbag
Grill Chrome
Spion elektrik + lampu sein
Foglamp
Stabiliser belakang
Headrest bangku baris kedua
Sensor parkir depan
ada daftar pustakanya enggak?
BalasHapus