Hai guys... Apa kabar?
Masih melanjutkan post admin kemarin yang mengisahkan tentang kebrutalan pemberontakan PKI pada tahun 1948, kali ini admin akan membahas salah satu monumen yang ada di Madiun terkait dengan peristiwa kelam tersebut. Yupp,, Monumen Soco...
Monumen Soco merupakan obyek wisata sejarah, sebuah monumen untuk
memperingati tragedi berdarah dari keganasan pemberontakan PKI tahun 1948, yang
ditandai dengan dibangunnya sebuah monumen berupa gerbong Kereta Api "Kertopati".
Korban yang tewas dalam peristiwa tersebut berjumlah 108 orang, dan
monumen Soco didirikan di atas sumur bekas pembuangan mayat korban-korban
keganasan PKI tersebut. Sebelumnya Para Korban diangkut dan disiksa di dalam
gerbong kertapati, sehingga gebong ini turut dimonumenkan.
Gerbong ini digunakan untuk mengangkut para korban keganasan PKI
waktu itu dan terletak di desa Soco, Kecamatan Bendo, 15 Km arah timur dari
pusat kota Kabupaten Magetan.
Pertama kali masuk,
yang terlihat adalah Pendopo Loka Pitra Dharma, yang lumayan luas. Sayangnya
tidak terawat, dan lantainya kotor. Seperti tidak disapu untuk waktu yang
lumayan lama.Ini nih pendoponya....Eman banget kan ya, padahal udah bagus lo
pendoponya :]
Gerbong Kereta Api "Kertopati" |
Lanjut ke bagian
belakang pendopo pas, ada gerbong kereta yang digunakan untuk mengangkut
mayat-mayat yang telah dibantai di pabrik gula Redjo Sari Gorang-Gareng
lalu diangkut untuk dikubur di sumur soco. Gerbong ini di cat dengan warna
hitam putih dan di beri nama Gerbong Kerta Pati. jika mendekati gerbong itu
maka masih tercium bau anyir darah dari bekas pembantaian yang ada di gerbong
itu. Waktu aku ada di depan pas, meskipun lumayan jauh kira-kira 3 meteran
lumayan kecium baunya dan mulai merindinglah aku. Duh, beneran kan...Ini nih
gerbong kerta patinya..
Bekas Sumur Tempat Membuang Mayat Korban |
Lalu lanjut di bagian
sampingnya gerbong itu. Ini nih sumur yang di buat mengubur ratusan mayat tak
berdosa. Pada bagian ini di beri nama Monumen Soco atau Tetenger Soco..Kalau
pada bagian ini lumayan tidak begitu menyeramkan. Karena sudah bukan benar
benar sumur, tapi berupa bentuk tugu.
Aku sempat berfikir,
betapa ganasnya pada masa tersebut. Nyawa tidak ada harganya. Dan apa mereka
tidak lagi memiliki hati nurani seorang manusia. Mereka membantai orang dengan
membabi buta. Masih ingat novel pak dahlan, di novel Sepatu Dahlan di ceritakan
bahwa kiai yang menjadi panutan ayah pak Dahlan juga ikut menjadi korban
pembantaian di sumur tesebut. Beliau adalah pimpinan pondok pesantren Sabilil
Muttaqien di kecamatan Takeran. Duh lupa nama pak kiai nya siapa. Sori ya...Ini
nih di tulis nama korban yang dapat di identifikasi.
Nama-nama Korban yang dapat diidentifikasi |
Monumen ini di sahkan
oleh Ketua DPR RI pada tahun tersebut yang merupakan putra dari Kiai tersebut.
Ini nih batu tulisnya yang disahkan pada tahun 1989,
Nah di samping dari
ketiga bagian tersebut di sampingnya adalah berupa lapangan sepak bola. Kata
warga untuk acara seperti kemah pramuka. Oh iya, dapet cerita juga dari warga
jika mendirikan tenda. Jika pada tenda terakhir, lampu tenda selalu tidak bisa
menyala. Padahal antar tenda menggunakan kabel dan satu saluran listrik yang
sama. Sehingga, tenda terakhir selalu tidak ditiduri oleh anak-anak pramuka
yang berkemah tersebut.
Mendengar banyak hal
kejadian aneh di tempat tersebut, kita selayaknya sebagai generasi muda yang
sudah hidup di jaman merdeka hendaknya mendoakan mereka para korban pembantaian
PKI tersebut agar tenang di sisi Allah SWT. Amiin :} Hendaknya juga kita harus
selalu mengucapkan salam saat datang di suatu tempat yang belum pernah kita
datangi sebelumnya. Yah, sebagai tanda “minta ijin”. Serta kita harus menjaga
tingkah laku dan bicara kita di tempat tersebut. Yah, itung-tung jaga diri
sekaligus menghormati para makhluk yang tidak dapat kita lihat di tempat
tesebut.
0 komentar:
Posting Komentar