Postingan admin kali ini adalah tentang legenda ular baru klinting yang mana di yakini oleh masyarakat sebagai asal usul munculnya telaga ngebel. Salah satu objek wisata alam dengan pemandangan yang indah. Langsung saja, berikut kisahnya...
Jaman
dahulu kala, ada sepasang suami istri yang tinggal di suatu kampung
yang melahirkan anak seekor ular naga. Naga itu diberi nama Baru Klinting.
Melihat keanehan wujud Baru Klinting ini, mereka tak berani tinggal di
kampung tersebut karena takut menjadi bahan gunjingan tetangga.Mereka
pun mengungsi ke puncak gunung untuk mengasingkan diri dan memohon pada
dewa agar mengembalikan rupa putra mereka ke wujud manusia.
Doa
itu pun didengar. Syarat yang harus dilakukan oleh Baru Klinting
adalah melakukan pertapaan selama 300 tahun dengan cara melingkarkan
tubuhnya di gunung. Sayang, panjang tubuhnya kurang sejengkal
untuk bisa melingkari seluruh gunung. Maka, untuk menutupi kekurangan
itu, ia menyambungkan/ menjulurkan lidahnya hingga menyentuh ujung
ekornya.
Rupanya,
syarat untuk menjadi manusia tak hanya itu. Dewa meminta sang Ayah
agar memotong lidah Baru Klinting yang sedang bertapa tersebut. Baru
Klinting yang bersemedi tak menolak toh demi kebaikannya agar menjadi
manusia.
Saat
waktu bertapa hampir selesai, ada kepala desa yang akan menikahnya
anaknya. Kepala desa-pun sibuk mempersiapkan segala sesuatunya,
terlebih lagi soal hidangan. Konon, mereka akan menggelar pesta
pernikahan yang sangat mewah dan sangat besar. Untuk menutupi kekurangan
bahan makanan, secara sukarela warga pun membantu berburu di hutan.
Ada yang mencari buah-buahan, ranting/ kayu bakar hingga hewan buruan
seperti rusa, kelinci, maupun ayam hutan.
Sudah beberapa lama warga berburu,namun tak mendapatkan hasil buruan apapun
Tanpa
sengaja, ada segolongan warga yang istirahat karena lelah berburu
mengayunkan parangnya pada pokok pohon tumbang. Namun, alangkah kagetnya
mereka ternyata parang itu malah berlumuran darah. Dari pokok pohon
tumbang itu mengucur darah segar. Bahkan, mereka baru sadar kalau yang
mereka tebas tadi bukan pohon tumbang tetapi ular raksasa/ ular naga.
Melihat hal ini, warga pun beramai-ramai mengambil dagingnya untuk
dimasak dalam pesta pernikahan tersebut.
Hari
pesta pernikahan anak kepala desa adalah hari berakhirnya pertapaan
Baru Klinting. Benar saja, naga itu berubah wujud menjadi anak kecil.
Sayangnya, si anak mengalami kesusahan dalam berbicara karena lidanya
dipotong sebagai syarat menjadi manusia. Tak hanya itu, tubuhnya penuh
dengan borok yang membusuk lantaran saat bertapa tubunya disayat-sayat
untuk diambil dagingnya oleh warga sebagai bahan pesta.
Lalu,
anak itu pun mendatangi pesta kepala desa. Anak itu kelaparan dan
memohon agar diberi makanan. Namun, tak satu pun warga yang
memedulikannya. Warga malah mengejek dan mengusir anak kecil itu.
Melihat nasib anak itu, seorang wanita tua merasa kasihan dan membawanya
pulang. Lalu si anak diberi makan dengan lauk berupa daging yang
diterima dari pesta kepala kampung. Si anak pun makan dengan lahap tapi
dia tak mau memakan daging itu.
“Bu,
tadi saya pikir sudah tak ada lagi orang baik di kampung ini. Rupanya,
masih ada orang seperti Anda. Bu tolong siapkan lesung (kayu tempat
menumbuk padi) bila terjadi sesuatu ibu segeralah naik lesung tersebut”
Begitu pesan Baru Klinting selesai makan. Si wanita tua itu pun
menuruti ucapan Baru Klinting tanpa banyak pertanyaan kenapa, Lalu,
Baru Klinting pun kembali ke tempat pesta.
“Wahai
warga semua, lihatlah di tanganku. Aku memiliki sekerat daging. Jika
kau mampu memenangkan sayembara yang kuadakan, maka ambillah daging ini.
Namun, jika kalian tak mampu, maka berikanlah semua daging yang kalian
masak padaku” ucap Baru Klinting.
Warga
pun mencoba satu persatu tapi semuanya tak mampu mencabut sebatang
lidi tersebut. Sayangnya, warga tetap tak mau mengembalikan daging yang
telah mereka masak.
“Lihatlah
ketamakan kalian wahai manusia. Lihatlah ketidak pedulian kalian pada
sesama, pada manusia yang cacat sepertiku. Bahkan kalian tidak mau
mengembalikan hakku! Ketahuilah, daging yang kalian masak itu adalah
dagingku saat aku menjadi ular naga. Maka, kalian berhak mendapatkan
balasan setimpal!” Baru Klinting pun segera mencabut lidi tersebut.
Keanehan pun terjadi. Dari lidi itu mengucur air, terus menerus hingga menenggelamkan kampung tersebut.
Genangan
air itupun berubah menjadi telaga, Sedang orang tua yang memberi makan
baru klinting selamat karena naik lesung. Bahkan sejak itu pula, Baru
Klinting berubah lagi menjadi ular dengan melingkarkan tubuhnya di
dasar telaga yang bentuknya menyempit di bagian bawah itu.Saat ini,
telaga itu masuk daerah Ngebel sehingga terkenal dengan telaga Ngebel.
0 komentar:
Posting Komentar